4 Brand Sangat Terkenal yang Bangkrut di Indonesia

4 Brand Sangat Terkenal

4 Brand Sangat Terkenal – Indonesia pernah menjadi surga bagi banyak brand internasional dan lokal yang namanya begitu akrab di telinga masyarakat. Tapi siapa sangka, di balik sorotan lampu keberhasilan dan iklan-iklan bombastis, ada sejumlah merek besar yang tumbang di tanah sendiri. Bukan karena produk buruk, melainkan karena mereka gagal beradaptasi, salah strategi, dan terjebak dalam arogansi nama besar. Berikut adalah empat brand sangat terkenal yang bangkrut di Indonesia—sebuah pelajaran telak bahwa nama besar pun bisa runtuh dalam sekejap.

1. Dunkin’ Donuts: Tenggelam di Lautan Kopi Kekinian

Siapa yang tak kenal Dunkin’ Donuts? Waralaba asal Amerika Serikat ini sempat menjadi primadona di pusat perbelanjaan. Donat warna-warni dan kopi ala Barat pernah menjadi simbol gaya hidup urban. Namun sejak 2020-an, satu per satu gerainya menutup tirai. Alasannya? Terjebak dalam zona nyaman.

Dunkin’ Donuts gagal melihat bahwa selera konsumen bergeser. Generasi milenial dan Gen Z lebih menginginkan kafe yang instagenik, minuman yang inovatif, dan layanan yang personal. Sementara itu, Dunkin’ tetap bermain di pola lama, dengan interior kaku dan menu yang stagnan. Kehilangan daya saing, mereka tak mampu bertahan di tengah gempuran brand lokal yang lebih agresif dan slot.

2. Giant: Raksasa Ritel yang Luluh Lantak

Giant adalah contoh paling menyedihkan dari ritel besar yang runtuh di negeri yang katanya “gemar belanja.” Di masa jayanya, Giant menyasar pasar menengah ke bawah dengan konsep hypermarket besar dan harga miring. Tapi kesuksesan itu tak bertahan lama.

Perubahan pola belanja masyarakat ke arah yang lebih praktis dan digital membuat konsep Giant menjadi usang. Di saat e-commerce dan minimarket tumbuh liar seperti jamur, Giant justru tertinggal di belakang. Penyesuaian digital lamban, inovasi nihil, dan manajemen rigid membuat mereka tak punya napas lagi untuk bertahan. Pada 2021, Giant resmi menutup seluruh gerai di Indonesia, menyisakan pertanyaan besar: bagaimana mungkin raksasa sebesar itu bisa tumbang begitu cepat?

3. 7-Eleven: Gagal Paham Gaya Hidup Lokal

Kedatangan 7-Eleven (Sevel) ke Indonesia sempat disambut gegap gempita. Gerai yang menawarkan makanan cepat saji, kopi, dan tempat nongkrong 24 jam ini jadi favorit anak muda Jakarta. Tapi hanya sebentar. Sevel terlalu cepat membakar bensin.

Masalah utama Sevel bukan hanya soal izin penjualan alkohol atau regulasi pemerintah, tapi karena model bisnisnya terlalu berat untuk ditopang oleh margin makanan ringan dan kopi sachet. Mereka tak menjual bahan pokok seperti minimarket biasa, dan harga makanan yang ditawarkan relatif tinggi. Akhirnya, pengeluaran operasional tak sebanding dengan pemasukan. Pada 2017, Sevel menutup seluruh operasionalnya di Indonesia. Ironis, padahal merek ini begitu dekat dengan gaya hidup athena168.

4. Blackberry: Raja Ponsel yang Ditelan Kesombongan

Blackberry pernah menjadi simbol status sosial. Siapa pun yang memiliki ponsel dengan keyboard fisik dan layanan BBM bisa dibilang “kelas atas.” Tapi seperti legenda Icarus, Blackberry terbang terlalu tinggi dengan sayap kesombongan.

Ketika dunia beralih ke smartphone layar sentuh, Blackberry tetap keras kepala mempertahankan desain lamanya. Mereka tak percaya bahwa Apple dan Android akan mengubah segalanya. Indonesia, yang pernah menjadi pasar besar Blackberry, perlahan-lahan meninggalkan merek ini karena tak mampu memenuhi kebutuhan aplikasi modern dan sistem operasi yang fleksibel.

Pada akhirnya, brand ini mati suri di Indonesia. Kehadirannya kini hanya jadi kenangan digital di benak pengguna 2000-an yang dulu membanggakan PIN BB mereka.

Akibat Arogansi dan Kegagalan Adaptasi

Apa yang terjadi pada keempat brand ini membuktikan bahwa popularitas bukan jaminan kelangsungan hidup. Mereka terjebak pada ketenaran masa lalu dan lupa membaca masa depan. Dalam pasar yang begitu dinamis seperti Indonesia, hanya brand yang adaptif, cepat bergerak, dan relevan dengan konsumenlah yang bisa bertahan. Nama besar tak akan menyelamatkan siapa pun dari kehancuran jika mereka tidur di atas kemenangan lama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *